Peningkatan emisi karbon adalah salah satu isu lingkungan yang harus mendapatkan perhatian. Adanya emisi yang tinggi bisa memberikan dampak yang buruk bagi kelestarian bumi. Sayangnya, popularitas mining atau penambangan kripto berbanding lurus dengan peningkatan emisi karbon sehingga kegiatan ini harus segera dicari solusinya. Lalu, langkah apa yang bisa dilakukan?
Apa Itu Emisi Karbon?
Emisi karbon saat ini sudah familiar di telinga masyarakat karena menjadi salah satu persoalan yang membuat perubahan iklim tidak stabil. Bahkan, presiden Joko Widodo berupaya mengurangi emisi karbon 41%. Pengurangan tersebut diharapkan tercapai pada tahun 2030. Lalu apa sih sebenarnya yang dimaksud dengan emisi karbon?
Pada dasarnya, emisi karbon adalah pelepasan gas ke atmosfer. Pelepasan tersebut adalah hasil dari pembakaran senyawa yang mengandung karbon seperti solar, LPJ, CO2, dan lainnya. Emisi karbon yang berlebihan tersebut mengakibatkan pemanasan global.
Akibat dari emisi karbon adalah pemanasan global sehingga membuat perubahan iklim yang ekstrim. Jadi, Anda jangan heran jika iklim saat ini tidak bisa diprediksi seperti sedia kala kapan musim kemarau maupun kapan musim hujan terjadi. Lalu, apa penyebab dari emisi karbon?
Salah satu penyebab peningkatan emisi karbon adalah keperluan emisi dalam menghasilkan listrik. Listrik merupakan hal yang diperlukan saat ini sebagai kebutuhan primer karena segala aktivitas mayoritas menggunakan listrik. Mulai dari belajar hingga bekerja.
Penggunaan laptop atau komputer saat ini bukan hal yang langka. Tidak hanya untuk aktivitas sehari-hari, namun dunia bisnis juga menyumbang banyak emisi karbon seperti penambangan toko kripto. Otomatis membutuhkan internet untuk menghubungkan satu sama lain. Artinya, listrik dibutuhkan untuk memenuhi itu semua.
Token kripto menjadi salah satu penyumbang emisi karbon terbanyak disebabkan kebutuhannya terhadap komputer dan internet yang tinggi. Jika seseorang ingin menambang token kripto dengan jumlah yang banyak, maka ia harus memperbanyak komputer dan internet.
Solusi dengan Menghadirkan Token AHA
Melihat persoalan itu, PT. Alam Hijau Anagata (AHA) hadir untuk membantu upaya pengurangan emisi karbon dengan menghadirkan token ramah lingkungan yang disebut token AHA. Konsep token AHA adalah green earth token. Dengan konsep tersebut, salah satu misi diadakannya token AHA adalah mengurangi emisi karbon.
Komitmen token AHA terlihat dari awal launching dengan berbagai green project yang diselenggarakannya dengan penanaman mangrove di beberapa daerah. Hal ini juga menunjukkan bahwa token AHA mendukung berbagai proyek penghijauan yang memiliki nilai ekonomi berkelanjutan.
Salah satu lokasi penanaman mangrove adalah di Pantai Telaga Waja, Tanjung Benoa, Bali. Berkolaborasi dengan yayasan Temanmu Peduli Bangsa melibatkan beberapa stakeholder setempat, mahasiswa pecinta lingkungan, dan masyarakat pegiat lingkungan untuk menanam sebanyak 1200 bibit mangrove.
Mengapa pohon mangrove? Karena pohon tersebut dapat menahan abrasi, lebih sejalan dengan visi token AHA diadakan, pohon mangrove memiliki peran penting dalam penyerapan emisi karbon. Apalagi jika pohon mangrove ditanam di atas tanah gambut, penyerapan emisi karbon lebih besar dibanding menanam di permukaan.
Selain green project penanaman mangrove, masih banyak proyek penghijauan bernilai ekonomi berkelanjutan yang dilakukan oleh PT. AHA. Salah satu contohnya adalah penggunaan solar panel sebagai pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). Sehingga, masyarakat teredukasi untuk menggunakan pembangkit listrik yang ramah lingkungan.
Dengan menggunakan PLTS yang sumber energinya langsung dari matahari meminimalisir kebutuhan uap untuk menghasilkan listrik. Seperti yang dijelaskan di awal bahwa uap tersebut adalah salah satu bentuk emisi karbon yang dapat menyebabkan pemanasan global. Sebagai pengusung misi pengurangan emisi karbon, ide PT. AHA tersebut sejalan dengan KTT G20 yang diselenggarakan di Bali tentang penggunaan energi baru terbarukan yang ramah lingkungan.